Silahkan Pilih Warna Latar Blog ini Sesuai Dengan kenyamanan Yang Anda Suka

Bagaimana Nabi (SAW) Berpuasa di Bulan Ramadhan

Written By Mari Bersholawat on Rabu, Juli 20 | 00.30

Jangan lupa membagikan artikel ini setelah membacanya


Nabi (saws) belum akan mulai berpuasa sampai adanya verifikasi bahwa bulan telah tampak atau dengan testimoni kesaksian dari dua orang Muslim yang dapat dipercaya atau pun hanya dari seorang saksi. Tetapi jika tidak terlihat tanda-tanda atau pun testimony atau pada malam ke tiga puluh bulan Sya’ban tersebut berawan dan tanda-tanda tidak tampak, maka Beliau akan menyelesaikan tiga puluh hari bulan Sya’ban dan kemudian berpuasa pada hari setelahnya.
Beliau (saws) akan memberikan larangan bagi seorang Muslim untuk berpuasa satu hari atau dua hari menjelang Bulan Ramadhan dimulai di luar dari rencana, kecuali hari-hari tersebut merupakan hari-hari normal dia berpuasa.
Beliau (saws) tidak akan membatalkan puasanya hingga setelah piringan matahari telah menghilang. Dan Beliau akan memerintahkan pada Sahabatnya untuk mempercepat membatalkan puasanya. Dan Beliau akan berbuka puasa sebelum sholat (Sholat Maghrib). Beliau akan berbuka puasa dengan kurma segar. Jika Beliau tidak menemukannya, maka dengan kurma lama, dan jika Beliau juga tidak menemukannya, maka hanya dengan seteguk air. Ketika berbuka puasa, Beliau akan mengucapkan: "Rasa haus telah hilang, pembuluh darah telah lembah dan pahala telah didapat, jika Allah menghendaki." [Dhahaba Adh-Dhama’u wabtallatil-‘urooqu wa thabatal-ajr in sha Allaah]
Ketika Beliau (saws) akan bepergian di dalam bulan Ramadhan, Beliau akan berpuasa atau bahkan membatalkan puasanya dan para Sahabatnya akan memilih di antara dua hal tersebut. Kemudian mereka mereka akan berpegang kepada siapa pun yang memiliki energi dan berpuasa, maka itu adalah baik dan siapa pun yang lemah dan membatalkan puasanya, maka itu juga baik
Hal tersebut bukan dari praktek Beliau (saws) untuk mengestimasi titik jarak di dalam perjalanan bagi seseorang yang berpuasa dapat membatalkan puasanya. Ketika para Sahabatnya akan merencanakan suatu perjalanan, mereka akan membatalkan puasanya tanpa bahkan belum keluar dari rumah mereka. Dan mereka menginformasikan hal tersebut bahwa hal ini adalah Sunnah Beliau.
Dan adalah dari praktek Beliau (saws), bahwa waktu Fajar telah tiba ketika Beliau masih dalam keadaan Janaabah (belum membersihkan diri setelah melakukan hubungan seksual), karena istrinya, sehingga Beliau akan mandi (hadast besar) setelah Fajar dan kemuadian berpuasa
Dan Beliau akan mencium beberapa istri Beliau ketika berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi Beliau adalah yang Terbaik dari seluruh manusia dalam pencegahan keinginannya (dari menyusul beliau).
Beliau (saws) akan menggunakan Siwaak ketika berpuasa. Dan Beliau akan mencuci mulutnya dan hidungnya ketika berpuasa, tetapi tidak akan membiarkan air masuk lebih dalam ke dalam hidung atau mulutnya.
Beliau (saws) akan menyiram air pada kepalanya di dalam berpuasa, pada saat kehausan atau panas terik
Beliau (saws) akan memakan kurma sebelum menyantap makanan (Sahur) dan Beliau akan memerintahkan para Sahabatnya untuk Sahur walau pun hanya dengan seteguk air. Dan Beliau akan memperlambat Sahurnya hingga menjelang Fajar. Waktu antara Sahurnya dan sholat Subuh adalah sepanjang waktu yang dibutuhkan seseorang untuk membaca lima puluah ayat-ayat dari Kitab Allaah
Penjelasan Sholat Malam Nabi di dalam Bulan Ramadhan
Beliau (saws) akan memimpin para Sahabatnya di dalam sholat Tarawih berjama’ah, kemudia akan berhenti melakukannya karena kekhawatiran bahwa sholat malam tersebut akan dijadikan suatu kewajiban bagi umatnya. Tetapi ketika Beliau (saws) telah meninggal, kekhawatiran ini hilang dan keputusan untuk sholat berjama’ah yang ada, dimana Nabi (saws) bersabda: "Sesungguhnya, ketika seseorang sholat dengan Imam hingga dia menyelesaikan sholatnya, akan dicatat baginya bahwa dia telah melakukan sholat sepanjang malam."
Beliau (saws) tidak akan melakukan lebih dari sebelas raka’at, walau pun di bulan Ramadhan atau di waktu lainnya
Terkadang, Beliau akan mengucap Qunut setelah menyelesaikan bacaannya dan sebelum melakukan ruku’, mengucapkan: "Ya Allaah bimbing hamba dengan apa yang telah Engkau bimbing, dan ampuni hamba dengan apa yang telah Engkau ampuni, dan dukung hamba dengan apa yang telah Engkau dukung, dan berkahi hamba di dalam apa yang telah Engkau beri, dan lindungi hamba dari setan yang terkutuk. Engkau yang memutuskan segalanya dan tidak ada yang memutuskan selain Engkau. Sesungguhnya, bagi mereka yang Engkau kasihi tidak akan dihinakan, atau pun bagi mereka yang Engkau musuhi akan dihormati. Yang Maha Pemberi Berkah dan Maha Tinggi bagi Tuhan kami. Tidak ada keamanan yang pergi dari Engkau kecuali dengan Engkau.”
Di dalam pertengahan Ramadhan kedua, para Sahabat akan mengucapkan Qunut setelah posisi ruku’, dan mereka akan menambahkan dengan mengutuk orang-orang yang tidak beriman. Kemudian Imam akan mengucapkan: "Ya Allah kutuklah orang-orang kafir – orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan-Mu dan yang menolak Rasul-Mu dan yang tidak percaya akan janji-Mu. Dan bagilah peringkat mereka. Dan taruhlah rasa takut di hati mereka, dan kirimkanlah hukuman dan siksaan-Mu pada mereka, Wahai Tuhan yang Maha Benar.”
Kemudian Beliau akan melakukan Sholat atas Nabi (SAW) dan Beliau akan berdo’a apa yang terbaik bagi umat Muslim. Kemudian Beliau akan memintakan ampun bagi umat Muslim. Kemudian setelah beliau selesai dengan hal ini semua, Beliau akan berkata: Ya Allah, hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan kepada-Mu lah kami berdo’a dan bersujud. Hanya kepada Engkau-lah kami tergesa-gesa dan terburuh. Dan kami mengharapkan Rahmat-Mu, Tuhan-ku. Kami takut akan hukuman-Mu, sesungguhnya, hukuman-Mu bagi mereka yang Engkau musuhi adalah sungguh berat dan bertambah terus."
Dan Beliau akan mengucapkan di bagian akhir Witirnya (sebelum atau sesudah Salaam): "Ya Allaah, sesungguhnya, Aku berlindung atas Kepuasan-Mu dari Ketidakpuasan-Mu dan atas Ampunan-Mu dari Hukuman-Mu. Dan Aku berlindung pada-Mu dari-Mu. Pujian untuk-Mu tidak dapat terhitung, dan Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji Engkau."
Setelah selesai Witir, Nabi (saws) akan mengucapkan: "Subhaan Al-Maalikil-Qudoos" tiga kali, memperpanjang suaranya dan meningkatkan nada suaranya saat mencapai yang ketiga kali.
Beliau (saws) akan sholat dua raka’at setelah Witir dan beliau memerintahkan umatnya untuk melakukannya juga. Dan beliau akan membaca Surah Al-Zilzaal and Surah Al-Kaafiroon.
Ketika 10 (sepuluh) hari terakhir Ramadaan tiba, Beliau (saws) akan mengencangkan jubahnya, tetap terjaga di tengah malam (menyembah) dan membangunkan keluargnya (untuk sholat malam). Dan beliau akan berusaha sendiri di dalam sepuluh terakhir ini dengan cara yang tidak seperti biasa beliau lakukan di hari-hari yang lainnya.
Beliau (saws) akan berdoa lebih banyak, khususnya di malam Lailatul Al-Qadr, mengucapkan: "Ya Allaah, Engkau adalah sebenar-benarnya Maha Pengampun, dan Engkau suka mengampuni (dosa-dosa), maka ampunilah aku." [Allaahumma Innaka 'Afoowun, tuhibbul-'afwa fa-'Aafu 'Annee]
Sebuah Penjelasan akan ‘Itikaaf Rasul selama Ramadaan:
Beliau (saws) akan melaksanakan 'Itikaaf selama 10 hari terakhir Ramadaan dan beliau hanya akan melakukannya ketika berpuasa dan hanya di tiga Masjid saja (yaitu, Masjid Al-Haraam di Makkah, Masjid An-Nabawee di Madeenah and Masjid Al-Aqsaa di Jerusalem)
Ketika Beliau (saws) akan melakukan 'Itikaaf, beliau akan sholat Subuh terlebih dahulu (di masjid) dan kemudian memulai 'Itikaaf-nya.
Beliau (saws) akan memasang tenda kecil di belakan masjid dimana beliau melaksanakan 'Itikaaf dan beliau akan menaruh tempat tidur dan kasurnya disana.
Beliau (saws) akan mengijinkan beberapa istri-nya untuk mengunjunginya disaat beliau melaksanakan 'Itikaaf, dan beliau akan mengantarkan mereka keluar di pintu masjid. Beliau tidak akan melakukan hubungan intim dengan mereka di saat tersebut, walau hanya dengan ciuman atau lebih dari itu.
Dan beliau (saws) mengijinkan seorang wanita untuk melaksanakan 'Itikaaf bersama suaminya atau sendiri.
Ketika melaksanakan 'Itikaaf, beliau tidak akan pergi keluar dari masjid kecuali untuk kebutuhan kemanusiaan.
Petunjuk Rasul di dalam mengeluarkan Zakaat-ul-Fitr:
Rasul Allaah (saws) mewajibkan setiap Muslim dan dia yang menyediakan bagi orang lain, muda dan tua, laki-laki dan perempuan, orang bebas dan budak untuk memberikan sebanyak satu saa' (sekitar 2 kilogram) kurma atau satu saa' Jelai atau satu saa' keju kering, atau satu saa' kismis atau setengah saa' gandum, atau satu saa' makanan pokok rakyat di suatu wilayah.
Beliau (saws) akan mengeluarkannya berupa bahan makanan dan bukan uang.
Ini merupakan dari praktek beliau (saws) untuk memberikan Zakaat-ul-Fitr sehari atau dua hari menjelang sholat ‘Idul Fitri.
Ini merupakan praktek beliau (saws) untuk menspesifikan pemberian Zakaat-ul-Fitr kepada orang-orang yang membutuhkannya (orang-orang miskin). Dan beliau (saws) tidak akan membaginya secara terpisah untuk 8 kategori yang disebutkan di dalam Surah At-Tawbah (60). Beliau (saws) akan menyuruh salah satu Sahabatnya untuk mengumpulkan dan menjaga Zakaat-ul-Fitr.
Catatan kecil:
[1] Untuk pembuktian akan isu-isu disini dan untuk bagaimana mengikuti Perintah Berpuasa, lihat referensi buku-buku berikut: "Berpuasa di Bulan Ramadaan" oleh ‘Alee Al-Halabee and Saleem Al-Hilaalee, "Sholat Malam" oleh Shaikh Al-Albaanee and "Zaad Al-Ma’aad" of the great scholar Ibn Qayyim Al-Jawziyyah.
..........
Dikompilasikan oleh Muhammad Zorkane
Sumber:Al-Muntaqaa Isu Sembilan [1]
http://indonesian.iloveallaah.com

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...