Silahkan Pilih Warna Latar Blog ini Sesuai Dengan kenyamanan Yang Anda Suka

Sabar saat Berpisah dengan Permata Hati

Written By Mari Bersholawat on Sabtu, Agustus 6 | 08.06

oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah





  • Ujian akan selalu ada dalam kehidupan manusia. Bentuknya pun bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah kematian anak. Sabar adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil oleh seorang muslim agar mendapatkan kebaikan dari ujian yang menimpanya.
    Berpisah untuk selamanya di dunia dengan anak yang dikasihi memang suatu kepedihan yang tertoreh begitu dalam di lubuk hati seorang insan. Apatah lagi dia seorang ibu yang pernah merasakan mengandung si anak, melahirkan, mengasuh, dan membesarkannya. Rasanya tak sanggup membayangkan hari-hari berlalu tanpa mendengar dan melihat celoteh, tawa canda, keceriaan, tangis dan jeritannya. Namun Allah I telah mengambil kembali milik-Nya, karena memang Dialah Pemilik yang hakiki. Dia berbuat sekehendak-Nya dengan hikmah-Nya yang agung dan dengan kemahaadilan-Nya.   (Allah telah menakdirkan dan apa yang Dia inginkan maka Dia lakukan), sehingga yang sepantasnya terlantun dari lisan seorang hamba yang beriman adalah kalimat istirja‘, Innalillahi wa inna ilaihi raji‘un dan dia berdoa kepada Allah I agar dia diberi pahala dengan ujian/ musibah yang menimpanya, diberikan ganti dengan yang lebih baik daripada musibah tersebut dan diberi taufik untuk bersabar dengan kesabaran yang indah, . Wallahu al-musta‘an.
    Demikianlah yang seharusnya dilakukan seorang ibu bila Allah I mengambil permata hatinya. Dia bersabar, ridha, dan ihtisab (meniatkan kesabaran itu untuk mendapatkan  pahala dari-Nya agar Allah menghitungnya sebagai amalan shalih)!

    Ujian itu suatu kemestian 
    Tidak ada seorang mukmin pun yang hidup di muka bumi ini kecuali dia akan diuji oleh Allah I. Dia Yang Maha Suci berfirman dalam tanzil-Nya:
    “Kami sungguh-sungguh akan menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa1, dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Innalillahi wa inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat pujian dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”  (Al-Baqarah:155-157)
    Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di t berkata dalam menafsirkan terhadap ayat di atas: “Allah I mengabarkan bahwa Dia pasti akan menimpakan ujian kepada hamba-hamba-Nya, agar menjadi jelas siapa yang jujur dalam imannya dan siapa yang dusta, siapa yang berkeluh kesah dan siapa yang sabar. Ini adalah sunnatullah terhadap hamba-hamba-Nya. Andai kelapangan dan kesenangan itu terus-menerus diperoleh orang yang beriman dan dia tidak diberi ujian, niscaya akan terjadi percampuran (orang yang benar imannya dengan orang yang dusta dalam keimanannya, pen.) di mana hal itu merupakan kerusakan. Sementara hikmah Allah menghendaki dipisahkan/ dibedakannya orang yang baik dari orang yang jelek. Inilah faidah ujian. Ujian itu bukanlah bertujuan menghilangkan iman kaum mukminin dan bukan pula tujuannya menolak mereka dari agama mereka.”
    Beliau t berkata lagi: “Siapa yang diberi taufik oleh Allah untuk bersabar ketika ditimpa musibah, maka dia akan menahan dirinya dari sikap marah (kepada Allah) baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dia mengharapkan pahalanya dari sisi Allah dan dia tahu pahala yang diperoleh dengan kesabarannya lebih besar daripada musibah yang menimpanya. Bahkan musibah itu bisa menjadi kenikmatan bagi dirinya. Karena, musibah tersebut menjadi sebuah jalan yang mengantarkannya kepada perkara yang lebih baik dan lebih bermanfaat baginya. Orang yang berbuat demikian sungguh telah berpegang dengan perintah Allah dan dia beruntung memperoleh pahala-Nya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 76). 
    Untuknya dipersembahkan kabar gembira dari sabda Rasul yang mulia r: 

    “Siapa yang Allah inginkan kebaikan baginya maka Allah berikan musibah padanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5645) 

    Surga yang dijanjikan bagi orang yang bersabar
    Allah I menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang mau bersabar dengan musibah yang menimpanya. Janji ini teruntai lewat lisan Rasulullah r: 

    “Allah I berfirman: Tidak ada balasan yang diperoleh seorang hamba-Ku yang mukmin di sisi-Ku ketika Aku mengambil orang yang dikasihinya dari penduduk dunia kemudian dia bersabar (karena mengharapkan pahala dari-Ku), kecuali (dia akan memperoleh) surga.” (HR. Al-Bukhari no. 6424)   
    Maka, duhai ibu, betapa kecil dukamu karena perpisahan dengannya bila dibanding dengan jannah (surga) Allah I yang kan engkau peroleh. Bersabar dan harapkanlah pahala dari-Nya!
    Satu lagi berita yang semoga dapat menggembirakanmu dan meringankan dukamu. Abu Sinan bertutur: “Aku telah meletakkan anakku dalam kuburnya. Ketika aku masih berada dalam liang kubur tiba-tiba Abu Thalhah Al-Khaulani memegang tanganku lalu ia mengeluarkan aku. 
    “Maukah aku beri kabar gembira padamu?”, tanyanya. 
    “Tentu”, jawabku.
    “Telah menceritakan padaku Adh-Dhahhak bin Abdirrahman dari Abu Musa Al-Asy’ari z, ia berkata: “Rasulullah r bersabda: 



    “Allah I  berfirman : “Wahai Malaikat Maut, engkau telah mencabut ruh anak dari hamba-Ku? Engkau telah mencabut ruh penyejuk matanya dan buah hatinya?” Malaikat maut menjawab: “Ya.” 
    Allah berfirman: “Lalu apa yang diucapkan hamba-Ku itu?” (Dan Allah Maha Tahu, pen)
    “Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’,” jawab Malaikat Maut.
    Allah I berfirman: “Kalau begitu bangunkan untuknya sebuah rumah di surga dan beri nama rumah itu dengan Baitul Hamdi.” (HR. Ahmad, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 795)  
    Ingat pula bagaimana kisah kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim x menghadapi kematian putranya, sehingga Rasul yang mulia r mendoakan keberkahan untuk diri dan suaminya di malam itu. Allah pun dengan kemahaadilan-dan kasih sayang-Nya menggantikan untuk keduanya dengan anak yang lebih baik, yang kelak melahirkan sembilan anak yang hapal Al-Qur’an. Subhanallah!  (HR. Al-Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144)

    Tangis tidaklah meniadakan kesabaran
    Bersabar ketika anak meninggal dunia bukanlah berarti seseorang tidak diperkenankan menangis. Rasulullah r bersabda:

    “Sesungguhnya Allah tidaklah mengadzab seorang hamba karena tetesan air matanya dan tidak pula karena kesedihan hatinya...” (HR. Al-Bukhari no. 1304 dan Muslim no. 924)
    Bahkan tangisan itu adalah rahmat, tanda kasih sayang di hati seorang hamba. Namun yang dilarang dalam hal ini bila tangis itu berupa ratapan, dengan berteriak-teriak dan mengucapkan kata-kata sebagai pertanda tidak ridha dengan ketetapan Allah atau melakukan tindakan-tindakan yang diharamkan seperti memukul pipi, merobek kantung baju dan lainnya (melakukan niyahah). Adapun sekadar meneteskan air mata karena didorong kesedihan hati maka Rasulullah r pun mengalaminya.
    Usamah bin Zaid bin Haritsah c maula Rasulullah r berkisah: “Putri Rasulullah r mengirim seseorang untuk menemui Rasulullah guna menyampaikan pesannya: ‘Putraku telah menjelang wafatnya, maka mohon ayah datang ke tempat kami’.
    Rasulullah r pun mengirim utusannya guna menyampaikan salam beliau dan mengatakan: “Sesungguhnya milik Allah-lah apa yang Dia ambil dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang tertentu. Karena itu hendaklah engkau bersabar dan ihtisab-lah.” 
    Setelah mendapat pesan demikian, putri Rasulullah r kembali mengirim seseorang untuk menemui beliau dan bersumpah agar beliau mau mendatanginya. Maka beliau pun menuju rumah putrinya ditemani Sa’ad bin Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka‘ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lainnya g. Cucu beliau yang menjelang ajalnya itu pun diangkat kepada beliau, maka beliau mendudukkannya di pangkuan beliau sementara napas anak itu berguncang. Mengalirlah air mata beliau. Sa‘ad pun bertanya: “Ya Rasulullah, tangisan apakah ini?” 
    “Tangisan ini adalah rahmat yang Allah jadikan di hati hamba-hamba-Nya,” jawab beliau.
    Dalam satu riwayat: “Tangisan ini adalah rahmat yang Allah tempatkan di hati-hati hamba yang Dia kehendaki dan Allah hanyalah merahmati hamba-hamba-Nya yang memiliki rasa kasih sayang.” (HR. Al-Bukhari no. 1284 dan Muslim no. 923)   
    Duhai ibu, bersabarlah dengan musibah yang menimpamu dan harapkanlah pahala dari Rabbmu yang amat Pengasih!!! 
    Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.  

    1 Seperti meninggalnya shahabat, kerabat dan orang-orang yang dicintai termasuk dalam hal ini kehilangan anak-anak. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/256; Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 76)

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...