Para ilmuwan yang dipiumpin oleh Seth Donahue dari Michigan Technology University di Houghton mengamati pertumbuhan tulang pada spesies Ursus americanus yang tidak mengalami kerusakan tulang selama hibernasi yang berlangsung antara lima sampai tujuh bulan. (1) Para peneliti memusatkan pengamatan pada ekspresi lima gen yang berhubungan dengan metabolisme tulang beruang-beruang tersebut. Donahue dan rekan-rekannya mengungkap bahwa produksi sel tulang tetap rendah dan bahkan dapat mencapai puncaknya ketika beruang-beruang tersebut aktif kembali. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa beruang-beruang itu tidak menunjukkan pelemahan atau pengecilan tulang akibat usia.
Para peneliti menemukan bahwa kalsium, yang terdapat dalam tubuh beruang dan yang merupakan unsur utama penyusun tulang, mengalami sebuah daur yang paling efisien, yang dengannya tulang-tulang tersebut terlindungi. Tujuan berikutnya dari Donahue dan timnya adalah mengembangkan cara-cara baru perawatan tulang bagi manusia dengan membandingkan struktur hormon-hormon yang berhubungan dengan produksi sel tulang pada manusia dan beruang.
Sistem tanpa cacat pada beruang ini juga memunculkan sejumlah pertanyaan penting yang perlu dijawab. Seekor beruang memiliki berat ratusan kilogram. Tulang-tulang dalam tubuh seekor beruang yang tidak bergerak selama berbulan-bulan tetap menahan beban yang sangat berat, dan, tambahan lagi, berat yang lebih besar lagi dibebankan pada otot-otot, yang terdiri dari jaringan-jaringan yang lebih lembut daripada jaringan tulang, pada bagian badan yang bersentuhan dengan tanah.
Dari sudut pandang ini, pasien yang harus tetap berada di tempat tidur rumah sakit membutuhkan perawatan yang sangat besar. Para perawat membalikkan badan mereka di siang hari, agar berat badan mereka terdistribusi pada berbagai bagian dan karenanya mencegah terjadinya rasa sakit. Fenomena di mana manusia tidak dapat diam tanpa bergerak sehari pun, sementara seekor beruang, dengan berat yang berkali lipat, dapat tidur selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan tanpa makan sama sekali dan tidak menderita kerusakan tulang atau otot di akhir rentang waktu tersebut adalah benar-benar menakjubkan.
Perawatan terhadap orang-orang lumpuh yang diberikan para perawat dan dokter disediakan secara otomatis oleh sistem dalam tubuh beruang. Sel-sel tulang menunjukkan penggunaan kalsium yang efisien, dan metabolisme beruang mempertahankan kehilangan otot agar selalu berada pada tingkat yang cukup rendah.
Kerusakan otot tidaklah terhindarkan pada orang-orang yang kelaparan, dan dapat berakibat mematikan. Perut anak-anak kelaparan yang membuncit adalah akibat dari otot yang dihancurkan di dalam tubuh mereka yang tidak lagi berlemak, dan penimbunan air yang terjadi menyusul proses ini. Namun, penimbunan semacam itu tidak terjadi di dalam tubuh beruang, dan beruang terkecualikan dari keadaan ini, yang jika sebaliknya akan berakibat kematian.
Namun demikian, bagaimana caranya sel-sel tulang dan otot beruang dapat menunjukkan pengaturan sedemikian rumit? Bagaimana sel-sel ini, yang tidak memiliki kemampuan berpikir sama sekali, dapat mengatur keluar-masuknya kalsium dari dan ke dalam membran-membrannya dengan cara yang sedemikian sadar? Bagaimana beruang-beruang itu tidak menderita kerusakan otot sebagaimana yang teramati pada manusia yang kelaparan, meskipun mereka tidak makan selama berbulan-bulan?
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. Al Mulk, 67:14)
[*Hibernasi: keadaan menyerupai tidur yang dialami sejumlah hewan di musim dingin. Suhu tubuh menurun dan detak jantung melambat, sehingga memungkinkan hewan tersebut memanfaatkan lemat yang tersimpan di dalam tubuhnya selama rentang waktu yang lebih lama.]
1. Seth Donahue et. al, "Bone formation is not impaired by hibernation (disuse) in black bears Ursus americanus" The Journal of Experimental Biology, 1 December 2003, vol 206, h. 4233
2. Henry J. Harlow et. al "Muscle strength in overwintering bears" Nature, 22 February 2001, h. 997
2. Henry J. Harlow et. al "Muscle strength in overwintering bears" Nature, 22 February 2001, h. 997
0 komentar:
Posting Komentar